Kamis, Desember 17, 2009

Sekolah Bertaraf Internasional: Ancaman dan Peluang Terhadap Pendidikan

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Peluang dan Ancaman Terhadap Pendidikan di Bangka Belitung

Pendahuluan
Sekolah Bertaraf Internasional atau disingkat dengan SBI, merupakan salah satu rencana pemerintah Indonesia dalam rangka pengembangan pendidikan Indonesia. Output dari Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan mampu memiliki daya saing global di kancah internasional. Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya para pelaku pendidikan mengejar ketertinggalan dari negara lain. Untuk mendapatkan tawaran pemerintah tersebut, satuan pendidikan harus berjibaku melakukan perubahan agar memenuhi persyaratan yang distandarkan.
Tujuan SBI sebenarnya selaras dengan Tujuan Pendidikan yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang diindikasikan dengan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dan memiliki daya saing pada taraf internasional. Selain itu, SBI dituangkan Pada Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Selanjutnya pada ayat 7 disebutkan, ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan (sekolah bertaraf internasional/SBI) sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pada PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota disebutkan bahwa penyelenggaraan dan/atau pengelolaan satuan pendidikan dan/atau program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.
Dalam tulisan ini, bahasan meliputi dimensi-dimensi pendidikan khususnya pengaruh Sekolah Bertaraf Internasional terhadap pendidikan di Bangka Belitung yang tentunya akan bersinggungan dengan faktor-faktor psikologis, sosiologis dan geografis pendidikan di Bangka Belitung. Seperti yang kita ketahui bahwa Bangka Belitung sebagai provinsi yang belum terlalu matang dalam hal pendidikan tentu akan terjadi kerancuan-kerancuan dalam pengaplikasian program Sekolah Bertaraf Internasional itu sendiri. Fenomena SBI sendiri saat telah mendapat banyak interpretasi yang beragam. Bahkan di beberapa media disebutkan bahwa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dapat mereduksi identitas bangsa Indonesia, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, neo liberalisme, komersialisasi pendidikan dan masih banyak lagi interpretasi yang bernada miring lainnya. Penulis tergerak untuk mengungkapkan beberapa pertanyaan yang mungkin juga ada di pikiran kita semua. Apakah Sekolah Bertaraf Internasional merupakan ancaman terhadap pendidikan di Bangka Belitung seperti yang diberitakan di media nasional? Bagaimana peluangnya terhadap pendidikan di Bangka Belitung? Bagaimana kita menyikapi fenomena ini?

SBI: Peluang dan Ancaman
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) serta mempunyai keunggulan yang merujuk pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga lulusannya memiliki daya saing di forum internasional.
Ada beberapa tingkat yang harus dilalui oleh satuan pendidikan agar sampai pada level SBI. Sekolah potensial adalah kategori sekolah yang belum memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan). Lalu, ada SSN (Sekolah Standar Nasional) yang berarti penyelenggaraan pendidikan di sekolah itu sudah memenuhi SNP. Setelah itu, baru SBI. Di tingkatan SBI pun, satuan pendidikan harus diverifikasi untuk mendapatkan pengesahan sebagai sekolah persiapan RSBI, RSBI, baru SBI. Tersedianya input berupa visi-misi sekolah, kurikulum, pendidik, peserta didik, sarana-prasarana, dana, regulasi, organisasi, peran serta masyarakat, dan budaya sekolah belumlah cukup. Satuan pendidikan harus melakukan inovasi agar tersedia mutu input yang sesuai dengan standar internasional.
Secara umum SBI bertujuan untuk meningkatkan kualitas pencapaian tujuan pendidikan yang ditandai dengan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dan memiliki daya saing pada taraf internasional. Secara khusus SBI akan mengembangkan sekolah yang dapat menghasilkan kompetensi lulusan yang berdaya saing pada tingkat internasional dengan kemampuan yang baik. Program SBI memiliki beberapa tujuan diantaranya berwawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi yang ada, meningkatkan daya saing global. Karakteristik SBI diantaranya adalah:
1. Menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional.
2. Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris.
3. Mengadopsi buku teks yang dipakai SBI (negara maju).
4. Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
5. Pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standart kompetensi yang ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
6. Sarana/prasarana memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).
7. Penilaian memenuhi standar nasional dan Internasional.

Sekolah Bertaraf Internasional dapat dipandang sebagai ancaman dan peluang. Dalam bagian ini penulis mencoba menemukan ancaman dan peluang sebagai dampak dari realisasi Sekolah Bertaraf Internasional khususnya terhadap pendidikan di Bangka Belitung. Kita tidak bisa memandang fenomena ini dari satu dimensi saja, baik ancaman maupun peluang. Objektifitas dalam mengupas masalah ini sangat diperlukan dan SBI hendaknya dikaji secara holistik yang meliputi berbagai dimensi. Kata ancaman dan peluang secara literalis merupakan dua kata yang saling berlawanan. Namun dilihat dari sudut pandang fenomena SBI secara kontekstual merupakan dua hal yang saling melengkapi dan mampu menciptakan keseimbangan dalam impelementasi program SBI mencapai tujuan yang diinginkan.
Telah dipaparkan di atas mengenai apa itu SBI, dari segi kemanfaatannya yang konkret jelas SBI merupakan suatu peluang bagi pendidikan di Bangka Belitung. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sekolah-sekolah di Bangka Belitung yang mampu bersaing secara global. Selama ini, untuk menempuh pendidikan yang lebih anak daerah Bangka Belitung harus bersekolah di sekolah favorit di luar daerah di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya. Dan memang pada kenyataannya hanya sekolah-sekolah favorit tersebut yang menyediakan pendidikan yang bermutu secara global. Otomatis kesempatan ini hanya dapat dinikmati oleh anak berbakat dan orang kaya. Dengan adanya implementasi SBI di Bangka Belitung, maka pemerataan pendidikan berkualitas dapat dirasakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuka peluang bagi pendidikan di Bangka Belitung untuk berprestasi dan mempunyai kualitas yang sama dengan daerah-daerah lainnya. Pemerataan kualitas ini tentunya juga akan mendukung kualitas pendidikan di Indonesia secara umum. Dengan adanya SBI di setiap kabupaten/kota di Bangka Belitung maka dapat jadi suatu patokan standar bagi sekolah-sekolah di sekitarnya yang dapat dijadikan motivasi dan model untuk melakukan pengembangan-pengembangan yang lebih inovatif.
Hal ini juga tentunya akan berpengaruh kepada para pendidik yang dapat juga dijadikan motivasi untuk meng-upgrade kemampuan mereka. Sebagaimana kita ketahui di Bangka Belitung hanya beberapa persen yang lulus sertifikasi guru, apalagi standar internasional. Dari segi geografis, SBI sangat mungkin diterapkan di Bangka Belitung mengingat masih banyaknya lahan yang dapat dijadikan untuk lokasi SBI, namun dari segi sarana, guru, dan kurikulum masih harus ditingkatkan dan dilakukan upaya secara intens yang dikelola secara professional. Output dari sekolah ini tentunya dapat meningkatkan harkat dan martabat Bangka Belitung di kancah internasional. Apalagi saat ini Pemprov Bangka Belitung berusaha go internasional dari bidang pariwisata dengan program Babel Archi. Para lulusan SBI tentunya mempunyai kompetensi yang mampu bersaing secara global yang akan turut mengharumkan dan mengenalkan nama Bangka Belitung.
SBI memang dikonsepsikan sebagai sekolah unggul, yang diharapkan dapat menjadi faktor penggerak peningkatan kualitas pendidikan di Bangka Belitung yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing daerah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi multiplier effect pada pemerataan pendidikan berkualitas, guna menghindarkan konsentrasi sekolah-sekolah bermutu hanya di kota-kota besar atau di Pulau Jawa saja. Penyelenggaraan SBI di Bangka Belitung juga dimaksudkan untuk menjawab tantangan global akan kebutuhan knowledge dan skills yang memadai dari lulusan setiap satuan pendidikan dan jenjang pendidikan di Bangka Belitung untuk dapat bersaing secara global. Para peserta didik dalam menjawab tantangan ke depan memang memerlukan pengetahuan yang lebih banyak dan keterampilan yang lebih tinggi agar dapat survive dan mampu bersaing, dibandingkan dengan generasi sebelumnya (need to gain more knowledge and master more skills than any generation before), diantaranya: basic skills (science, math, reading), technology skills, communication skills, problem solving skills, information/digital literacy, multicultural/Multilanguage literacy, creative and critical thinking skills, inquiry/reasoning skills, and interpersonal skills. Para siswa SBI juga akan lebih dalam diberikan pengembangan kepribadian yang universal dan rasa nasionalisme yang tinggi, yaitu akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa wirausaha, jiwa patriot dan nasionalisme, dan jiwa inovator.
Namun bila program SBI tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dan ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan seseorang atau kelompok, maka SBI tentu akan menjadi suatu ancaman terhadap pendidikan di Bangka Belitung. Dimensi internasional dalam pendidikan dapat dijadikan celah oleh pihak asing dalam melakukan visi dan misinya. Sebagaimana kolonialisme, imperialisme, sosialisme, eksistensialisme, dan masih banyak lagi paham lainnya, dimensi ke-internasional-an memaksa kita secara tidak sadar untuk membuka peluang terhadap orang asing (barat yang dianggap sebagai pusat modernisasi). Bukti nyata bahwa selama ini segala macam kemajuan teknologi berpusat di barat. Setiap kemajuan di indikasikan ke dunia barat. Program SBI yang diusung pemerintah memanfaatkan teknologi sebagai sarana utama, baik media belajar, maupun sistem manajemen sekolah. Sedangkan saat ini kemajuan teknologi adalah kemajuan barat, kemajuan barat adalah modern, begitu yang terjadi saat ini. Dengan adanya pola sentrisme ini, maka akan menjadi celah atau pintu gerbang tol bagi dunia asing untuk melakukan invasi dan melancarkan visi dan misinya yang kadang-kadang sangat bertentangan dengan budaya bangsa kita. Bila kita terus-menerus menjadi follower tanpa adanya niat untuk melakukan inovasi seperti yang dilakukan di negara asing, maka siap-siap saja Bangka Belitung akan diatur secara tidak langsung oleh pihak asing yang memakai kedok pemerintah daerah kita sebagai pelaksana. Bila hal itu terjadi maka sebenarnya kita kembali ke masa penjajahan. Bahkan lebih parah lagi karena kita tidak sadar kita terjajah. Dalam tataran ekstrimnya, seolah-olah kita melambaikan bendera yang bertuliskan “silakan anda datang ke Bangka Belitung dan keruk sumber daya kami”. Hal ini dapat terjadi apabila SBI yang sarat dengan kemajuan dan kolaborasi dengan negara maju namun sumber daya manusia di Bangka Belitung belum siap untuk menerima hal ini. Sehingga yang akan muncul bukan SBI namun sekolah model Amerika, model Jepang, model Inggris, dan ikon dari negara maju lainnya yang tentu saja akan mereduksi kultur kita sebagai bangsa Indonesia. Karena internasional bukan diinterpretasikan secara universal namun secara partikuler yang merujuk ke negara-negara maju tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menyikapi SBI sebagai peluang sekaligus ancaman bagi pendidikan di Bangka Belitung. Pertama, Sosialisasi yang utuh tentang konsep penyelenggaraan SBI dan berkesinambungan. Sosialisasi ini mengacu kepada restrukturisasi program SBI. Karena selama ini telah banyak terjadi miss baik informasi maupun pemahaman.
Kedua, adalah pembentukan kembali figur SBI (refigurisasi). Hal ini dimaksudkan agar sekolah memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugasnya, dinamis, proaktif, akomodatif, koordinatif dan mempunyai keinginan dan usaha yang kuat. Innovator yang benar-benar cerdas sangat diperlukan dalam melakukan refigurisasi ini. Pemantapan bahasa, inovasi-inovasi pembelajaran dan kurikulum perlu dilakukan juga. Selain itu perlunya pelatihan professional mengenai ICT (Information and Commnunication Technology) mengingat bidang ini mempunyai dukungan penuh terhadap program SBI.
Ketiga, rekulturisasi. Membangun kembali budaya sekolah yang sarat dengan inovasi, budaya disiplin, mandiri, kreatif, mutu, prestasi, dan berakhlakul karimah serta tidak meninggalkan rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia menjadi karakteristik sekolah Indonesia yang mutunya bertaraf internasional. Pemantauan dari pemerintah dan stakeholders yang terkait perlu dilakukan. Harus ada regulasi yang ketat dari pemerintah agar invansi dari pihak luar yang dibawa oleh para pengajar asing. Sehingga tidak membunuh karakter nasional kita dalam persaingan internasional. Sehingga manusia multidimensional seperti yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional dapat benar-benar tercapai.

Penutup
Pada hakikatnya visi Sekolah Bertaraf Internasional mempunyai tujuan yang cemerlang bagi pendidikan di Bangka Belitung. Berbagai manfaat dapat dirasakan jika program SBI ini dapat diimplementasikan dengan baik serta dapat perhatian dan dukungan dari segala stakeholders baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi Bangka Belitung, pemerintah daerah, pihak sekolah dan seluruh warga Bangka Belitung. Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah nasional yang dikembangkan segala potensinya yang mempunyai daya saing internasional, bukan sekolah model negara maju sehingga indentik dengan sekolah Amerika, sekolah Inggris, sekolah Jerman dan model-model sekolah negera maju lainnya. Dengan demikian, maka SBI adalah sekolah nasional Indonesia yang mempunyai level internasional. SBI akan menjadi ancaman bagi Bangka Belitung jika dimensi internasional direferensikan dengan suatu negara maju. Internasional adalah mampu bersaing dan bersama-sama dengan segala bangsa di dunia untuk membangun masyarakat dunia melalui pendidikan yang salah satunya diwujudkan dengan program SBI. Akhir kata, Semoga pendidikan Bangka Belitung semakin maju dan berkualitas. Hal ini merupakan tugas kita semua.