Sabtu, Oktober 17, 2009

Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam, khususnya di Indonesia mempunyai peranan penting dalam sejarah perjalanan pendidikan.di Indonesia secara global. Untuk itu, perlunya kita mengetahui informasi dan sejarah mengenai hal ini secara komprehensif.
Fase demi fase dalam perjalanan pendidikan Islam di Indonesia tentunya telah membawa kita pada perkembangan pendidikan pada saat ini. Sejarah pendidikan di Indonesia secara garis besar akan memberikan tiga point penting bagi masyarakat Indonesia. Pertama, kita dapat mengetahui dan memahami fakta-fakta pertumbuhan dan perkembangan sejarah pendidikan Islam. Kedua, dapat melakukan studi komparatif terhadap manfaat dari proses pendidikan yang dapat dijadikan acuan-acuan dalam pemecahan problematika pendidikan Islam pada saat ini. Ketiga, dapat menumbuhkan sikap positif terhadap inovasi-inovasi di dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Dari pemaparan di atas, sejarah mengandung kekuatan-kekuatan yang dapat menimbulkan semangat dan dinamisme serta lahirnya nilai-nilai baru dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini sangat beralasan mengingat pendidikan Islam sendiri berpedoman pada Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat teladan, semangat, serta perbaikan keadaan.
Mengingat luasnya pembahasan masalah sejarah pendidikan Islam di Indonesia ini, maka makalah ini kami batasi dengan cara periodisasi secara singkat dengan tetap diarahkan kepada ide-ide, konsep-konsep, institusi dan operasionalisasi pendidikan Islam di Indonesia.

B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2.    Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Proses Masuknya Islam di Indonesia
Ada tiga teori mengenai masuknya Islam di Indonesia yaitu teori Gujarat, teori Persia, dan teori Mekah (Rukiati, dkk, 2006:23).
1.    Teori Gujarat
Teori ini dicetus oleh Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabiee et les Indes Neederlandaises ia menyebutkan bahwa bangsa Arab kurang berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia, hubungan Indonesia-India telah lama terjalin dan inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera dengan Gujarat.
2.    Teori Persia
Di Indonesia teori ini dikembangkan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat yang lebih menekankan pada aspek kebudayaan yang hamper sama dengan Persia seperti peringatan 10 Muharram sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya Husain, adanya kesamaan ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi Iran Al-Hallaj, dan lain-lain (Rukiati, 2006:26).
3.    Teori Mekah
Hamka menyatakan dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam ke Indonesia, di Medan tanggal 17-20 Maret 1963 bahwa Islam masuk pada abad ke-7 Masehi (Rukiati, 2006:24). Analisis Hamka terhadap Mahzab Syafi’I yang berpengaruh besar di Indonesia, peninggalan mata uang Arab yang tersebar di kota-kota Eropa, Afrika, Asia. Analisis lainnya bahwa pada abad ke-7 M terdapat perkampungan Arab di pantai barat Sumatera.
Hal ini juga sejalan engan Ketetapan Majelis Musyawarah yang ditujukan kepada Ketua Seminar Masuknya Islam di Indonesia bahwa yang pertama memasukkan islam ke Indonesia adalah para syarif Alawiyin dari Hadramaut yang bermahzab Syafi’I (Al-Aydrus, 1996:55).
Teori yang ketiga ini merupakan teori yang mempunyai bukti-bukti yang kuat, hal ini akan sejalan apabila masuknya islam di Indonesia dibenturkan dengan sejarah nasab para Syarif Alawiyin ini, diantaranya kitab Al-Jawahir As-Saniyyah fi Nasabah Al-Itrah Al Huseiniyyah oleh Abul HAsan Ali bin Abu Bakar bin Syeikh As-Saqqof dan kitab Al-Masyra ‘Al-Rawi yang di dalamnya disebutkan nama-nama ulama Syarif Alawiyin Hadramaut yang masuk ke Indonesia (Al-Aydrus, 1996:58).
Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963, yaitu:
-    Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab.
-    Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
-    Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
-    Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
-    Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
a.    Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran
b.    Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
c.    Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
d.    Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
e.    Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.

B.    Periode Kekuasaan Kerajaan-Kerajaan Islam
1.    Sejarah Pendidikan Islam di Sumatera
Terdapat beberapa kerajaan Islam di Sumatera seperti kerajaan Perlak yang merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia, Samudera Pasai (Abad ke 10 M) yang raja pertamanya Al Malik Ibrahim bin Mahdum, Aceh Darussalam (1511-1874), kerajaan Siak yang raja pertamanya Abdul Jalili Rachmad Syah (1723-1746). Masa kejayaan pendidikan Islam di Aceh yaitu pada masa pemerintahan Iskandar Muda seperti munculnya ulama-ulama besar. Salah satunya Syekh Abdur Rauf adalah ulama yang menterjemahkan  Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu yang bernama Tarjamahul Mustafid bil Jawi (Rukiati, 2006:39)
a.    Sejarah Pendidikan Di Aceh
Pada zaman Samudera Pasai terdapat sistem pendidikan yang berlaku diantaranya: Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih Mahzab Syafi’I, berjalan secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah, tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama, dan biaya pendidikan bersuimber dari Negara. Pada kerajaan Aceh Darussalam juga terdapat lembaga pendidikan diantaranya:
-    Balai Seutia Hukuma    :    tempat pengembangan ilmu pengetahuan
-    Balai Seutia Ulama    :    mengurus masalah pendidikan dan pengajaran.
-    Balai Jama’ah Himpunan Ulama    :    tempat ulama dan sarjana untuk bertukar pikiran membahas masalah pendidikan.
-    Meunasah    :    setingkat SD. Menulis dan membaca huruf arab, ilmu agama, bahasa jawi/melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
-    Rangkang    :    merupakan masjid, pendidikannya setingkat MTs dengan materi bahasa arab, ilmu bumi, hisab, akhlak, fiqih.
-    Dayah    :    merupakan setingkat MA dengan materi fiqih, bahasa arab, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, sejarah, ilmu pasti dan faraid.
-    Dayah Teuku Cik    :    merupakan setingkat akademi dengan materi fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq, filsafat. (Rukiati, 2006:32).
Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
-    Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
-       Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
-    Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu.
-    Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
-    Tempat kenduri Maulud pada bulan Mauludan.
-    Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
-    Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
-    Tempat bermusyawarah dalam segala urusan
-    Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat. (M. Ibrahim, 1991: 76)
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi. Oleh karena itu orang yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim. (Hasbullah, 2001: 32).
b.    Sejarah Pendidikan di Minangkabau
Islam masuk kira-kira tahun 1250 M Untuk jalannya pendidikan Islam, didirikan balai adat, masjid, air tepian, pasar. Perkembangan Islam di Minangkabau cukup pesat. Pada tahun 1803, tiga orang anak Minangkabau melaksanakan ibadah haji di Mekah dan mempelajari ajaran wahabi. Pada tahun 1909-1930, lahirlah madsarah seperti sekolah adabiyah di Padang oleh Syaikh Abdullah Ahmad dan sekolah tinggi Islam oleh Mahmud Yunus pada 9 Desember 1940.
c.    Sejarah Pendidikan Islam di Jambi
Adapun pesantren/madrasah yang ada di Jambi pada masa ini adalah sebagai berikut:
-    Pesantren Nurul Iman, didirikan pada tahun 133 H oleh H. Abd. Samad dan sistem pengajarannya masih menggunakan sistem halaqah.
-    Madrasah Sa’adatud Darain yang didirikan oleh H. Ahmad Syakur.
-    Madrasah Nurul Islam yang didirikan oleh Kamas H. Muh. Saleh.
-    Madrasah Jauharain, didirikan oleh H. Abd. Majid pada tahun 1340.
-    Madrasah As’ad, didirikan oleh K.Abd. Kadir pada tahun 1952. (Rukiati, 2006:38).
Sistem pendidikan yang sama juga berlaku untuk wilayah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung.

2.    Sejarah Pendidikan Islam di Jawa
a.    Masa Kerajaan Demak (1500-1550 M)
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Pada masa ini terdapat kitab-kitab agama Islam yang kita kenal primbon, berisi catatan tentang ilmu agama, do’a, obat-obatan, ilmu ghaib, dan sebagainya. Terdapat juga Suluk Sunan Bonang, Suluk Sunan Kalijaga, Wasita Jati Sunang Geseng. Kitab ini berbentuk diktat dan didikan dan ajaran mistik yang ditulis tangan. Penyiaran Islam dilakukan dengan cara propaganda tingkah laku dan perbuatan, serta secara berangsur-angsur dalam menjalankan syari’at. Selain itu, d itempat-tempat sentral didiriakn masjid yang dipimpin oleh seorang badal yang merupakan sumber ilmu dan pusat pengajaran dan pendidikan. Wali suatu daerah dikenal dengan panggilan sunan. (Rukiati, 2006:41). Peyebaran Islam pada saat ini cukup pesat disebabkan penyebarannya mencakup segala sendi kehidupan misalnya filsafat hidup, kesenian, kesusilaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya dibenturkan dengan konsep-konsep pendidikan Islam.
b.    Masa Kerajaan Mataram (1575-1757 M)
Penyebaran Islam dari Demak dilanjutkan ke Pajang yang kemudian ke Mataram. Jawa Timur dan Mataram berhasil dipersatukan pada masa Sultan Agung. Penyebaran Islam dilakukan dengan akulturasi Islam ke dalam kebudayaan lama yang bercorak Indonesia asli dan Hindu, seperti:
-    Gerebeg disesuaikan dengan Idul Fitri dan maulid yang dikenal dengan gerebeg poso dan mulud.
-    Gamelan sekaten yang hanya dibunyikan pada gerebeg mulud di halaman masjid.
Selain itu, di ibukota didirikan masjid Gede yang dikepalai oleh penghulu dengan 40 orang pegawai. Di tiap kota didirikan masjid kewedanaan yang dipimpin oleh Naib dengan 11 orang pegawai dan di tiap desa didirikan masjid desa yang dikepalai oleh seorang modin dengan bantuan 4 orang pegawai. Di masjid ini dilakukan pengajian Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran Islam seperti cara ibadah. Pendidikan Islam di tanah Jawa kemudian menyebar di Bandar-bandar seperti Sunda Kelapa, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya dan sekitarnya (Rukiati, 2006:43).
Selain itu, penyebaran agama Islam di Jawa tidak lepas dari peranan penting para wali yang dikenal dengan wali songo. Wali songo ini terdiri dari sembilan wali dengan gelar sunan yaitu:
-    Maulana Malik Ibrahim, menyebarkan Islam di daerah Jawa Timur tepatnya di Gresik.
-    Sunan Ampel (Raden Rahmat) yang memusatkan dakwahnya di Ampel Surabaya.
-    Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim), menyebarkan agama Islam di Jawa Timur, Tuban.
-    Sunan Giri (Raden Paku), melakukan penyebaran di Giri.
-    Sunan Drajat (Syaripudin), memusatkan dakwahnya di Sedayu, Jawa Timur.
-    Sunan Kudus (Jafar Shidiq), menyebarkan Islam di daerah Kudus.
-    Sunan Kalijaga (R.M. Syahid), menyebarkan ajaran Islam di Demak.
-    Sunan Muria (Raden Prawoto) putra Sunan Kalijaga yang dalam dakwahnya lebih mencurahkan pada ajaran tasawuf.
-    Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Syekh Nurullah) menyebarkan ajaran Islam di daerah Jawa Barat, yaitu daerah Cirebon. (Rukiati, 2006:45).

3.    Sejarah Pendidikan Islam di Maluku
Penyebaran Islam di Maluku dibawa oleh para mubalig dari Jawa. Raja yang terkenal yaitu Zainal Abidin (1486-1500). Penyebaran di Maluku mendapat tantangan yaitu orang-orang yang masih animisme dan misi Katolik dari Portugis oleh Fransiscus Xaverius (1546) sehingga keadaan di Maluku terbagi ke dalam:
-    Maluku Utara, yang mayoritas Islam.
-    Maluku Selatan, yang minoritas Islam.
-    Maluku Tengah, penyebaran Islam di daerah ini seimbang. Terdapat sebuah madrasah di Ambon yaitu Madrasah Mahasinul Akhlak. (Rukiati, 2006:46).

4.    Sejarah Pendidikan Islam di Kalimantan
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Ada juga yang mengatakan bahwa Islam masuk pada abad 15 M oleh mubalig dari Jawa yang merupakan pengaruh dari Sunan Giri dan Sunan Bonang. Perkembangan Islam tumbuh sejak berdirinya kerajaan Islam di Bandar oleh Sultan Suriansyah (Pangeran Samudera). Di Kalimantan juga pada tahun 1716 M terdapat ulama besar yaitu Syeikh Arsyad Al-Banjiri (Rukiati, 2006:46) dan pada masa ini juga terdapat madrasah-madrasah yaitu:
c.    Pesantren/Madrasah di Kalimantan Barat.
Madrasah tertua di daerah ini adalah Madrasatun Najah Wal Fatah di Sei BAkau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918 M. madrasah lainnya:
-    Madrasah Perguruan Islam di Sambas (1922 M)
-    Madrasah Al-Raudhatul Islamiyah di Pontianak (1936)
-    Persatuan madrasah-madrasah Islam (PERMI) Indonesia Pontianak yang didirikan pada tahun 1954 M dengan maksud:
o    Menyatukan nama-nama madrasah dengan nama yang sederhana, yaitu Madrasah Islam Al-Ibtidaiyah (SRI) dan Madrasah Islam Tsanawiyah (SMIP).
o    Menyatukan leerplan  dari kitab-kitabnya.
o    Mendirikan satu ikatan sebagai federasi.
Selain itu, pada tanggal 15 Oktober 1946 di Banjarmasin didirikan Sekolah Menengah Pertama, pada tahun 1928 juga telah didirikan Sekolah Normal Islam Amuntai
d.    Perkumpulan Ikatan Madrasah-Madrasah Islam (IMI) pada tahun 1945.
Perkumpulan ini mempunyai tujuan dan maksud, yaitu:
-    Menciptakan adanya pendidikan dan pengajaran Islam
-    Memperluas berdirinya perguruan-perguruan Islam
-    Memperbaiki organisasi dan leerplan perguruan-perguruan Islam yang telah ada agar sesuai dengan hajat masyarakat. (Rukiati, 2006:48)

5.    Sejarah Pendidikan Islam di Sulawesi
Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
Syekh As’ad di Singkang salah seorang yang berjasa dalam perkembangan pondok/pesantren. Sistem pengajarannya sama dengan sistem pengajaran yang ada di Jawa, Sumatera dan daerah lainnya. Madrasah-madrasah di Sulawesi diantaranya adalah Madrasah Amiriah Islamiah di Bone (Sulawesi Selatan tahun 1933). Pelindung utama madrasah ini adalah Raja Bone, Andi Mappankjuki. Ilmu yang diajarkan tidak ilmu agama saja, melainkan juga pengetahuan umum. Madrasah ini mempunyai tiga bagian, yaitu: Ibtidaiyah (50% ilmu agama dan 50% pengetahuan umum), Tsanawiyah (60% ilmu agama dan 40% pengetahuan umum), Mu’alimin (80% ilmu agama dan 20% pengetahuan umum). (Rukiati, 2006:51).

6.    Sejarah Pendidikan Islam di Nusa Tenggara
Islam masuk ke Nusa Tenggara seiring dengan penaklukan daerah Bone (1606 M), Bima, dan Buton (1626 M) oleh kerajaan Goa. Dengan ditaklukkannya daerah tersebut maka penyebaran Islam sampai ke Nusa Tenggara yang akhirnya menyebar dari Lombok, Bima, Sumbawa, Buton.
Pada tahun 1943 didirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah oleh K.H. Muhammad Zainudin. Madrasah ini mempunyai bagian yaitu: Tahdliryah, Ibtidaiyah, Mu’alimin, SMI, dan PGA. (Rukiati, 2006:53). Pada akhir 1372 H, tepatnya tanggal 15 Jumadil Akhir (1 Maret 1953 M) Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah dengan seluruh cabangnya diorganisasikan dengan nama Nahdlatul Wathan (NW) yaitu organisasi pendidikan dan social yang berpusat di Pancor (Lombok Timur). (Rukiati, 2006:54)

C.    Pendidikan Islam pada Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang
1.    Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Belanda
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.
Kondisi pendidikan di zaman VOC juga tidak melebihi perkembangan pendidikan di zaman Portugis atau Spanyol. Pendidikan diadakan untuk memenuhi kebutuhan para pegawai VOC dan keluarganya di samping untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah terlatih dari kalangan penduduk pribumi. VOC memang mendirikan sekolah-sekolah baru selain mengambil alih lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya berstatus milik penguasa kolonial Portugis atau gereja Katholik Roma. Secara geografis, pusat pendidikan yang dikelola VOC juga relative terbatas di daerah Maluku dan sekitarnya. Di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, VOC memilih untuk tidak melakukan kontak langsung dengan penduduk, tetapi mempergunakan mediasi para penguasa lokal pribumi. Jikalaupun ada, itu hanya berada di pusat konsentrasi pendudukannya yang ditujukan bagi para pegawai dan keluarganya.
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
(1)    Pendidikan Dasar
Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.
(2)    Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642.
(3)    Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta.
(4)    Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan lama studi 6 tahun.
(5)    Sekolah Cina
Didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740.
(6)    Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.

Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.
Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain:
(1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu; (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung, Belanda telah memanfaatkan kelas aristokrat pribumi untuk melanggengkan status quo kekuasaan kolonial di Indonesia (Najamuddin, 2005:15).

2.    Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Jepang
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda. (2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. (3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. (4) Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain: (1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; (2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta (5) Olaharaga dan nyanyian Jepang.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China).
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain: (1) Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk Sumuka; (2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang; (3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin; (4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta; (4) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan (5) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU. Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.
D.    Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan
1.    Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan I (1945-1965)
Setelah merdeka, pendidikan agama mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tampak pada bantuan terhadap lembaga yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember 1945. Badan ini menyebutkan bahwa madrasah dan pesantren pada hakekatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat akar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah mendapat perhatian dan bantuan material dari pemerintah. (Rukiati, 2006:65).
Peristiwa penting adalah integrasi pelajaran agama dan pelajaran umum. Keberadaan madrasah sudah diakui dan sederajat dengan SMP dan SMA umum yang dikelola oleh Depdikbud, jauh sebelum ditetapkan UU No. 2 Tahun 1989. hal ini bias dilihat dengan adanya SKB 3 Menteri antara Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1976. selanjutnya diikuti oleh SKB 2 Menteri, antara Menteri Agama Nomor 0.45/1984 dengan Menteri P dan K Nomor 0299/V/1984, tentang pembukuan Kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Dalam hal tersebut dinyatakan bahwa lulusan madrasah dapat dan boleh melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang lebih tinggi. (Rukiati, 2006:69).

2.    Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan II (dimulai tahun 1965)
Masa ini adalah masa peralihan dari orde lama ke orde baru. Pada masa ini adanya peluang dan kesempatan untuk berkembangnya pendidikan Islam secara terintegrasi dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Th. 1989 dilihat dari beberapa pasal:
-    Pasal 1 ayat 2. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
-    Pasal 4 tentang Tujuan Pendidikan Nasional
-    Pasal 10 tentang pendidikan di dalam keluarga
-    Pasal 11 tentang pentingnya pendidikan keagamaan
Dari hal di atas dapat diasumsikan bahwa kesuksesan pendidikan nasional tidak lepas dari peranan pendidikan agama. Hingga saat ini hal ini telah diwujudkan dengan adanya sekolah MI, MTs, MA, dan Universitas Islam yang tentunya memberikan peranan penting dalam dinamisasi pendidikan Islam di Indonesia.

E.    Peranan Organisasi Islam di Indonesia
1.    Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditionalis, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Pesantren adalah sekolah agama Islam yang dikelola oleh para kiai NU, dan biasanya menyediakan penginapan bagi murid-muridnya. Pesantren pada umumnya mengajarkan cara membaca dan menulis Al-Quran dalam bahasa Arab, menghapal ayat-ayat suci Al-Quran, pelajaran agama Islam lainnya, dan juga ilmu dan pengetahuan umum.
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1928 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bidah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah maupun PSII di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.
Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama: KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 - 1947, KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 - 1971, KH Bisri Syansuri 1972 - 1980, KH Muhammad Ali Maksum 1980 - 1984, KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 - 1991, KH Ali Yafie (pjs) 1991 - 1992, KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 - 1999, KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 - sekarang
Tujuan Organisasi Nahdlatul Ulama adalah Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usaha Organisasi Nahdlatul Ulama, yaitu:
1.    Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2.    Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
3.    Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4.    Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
5.    Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

2.    Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad s.a.w. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.
Dalam pembentukannya, Muhammadiayah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah.
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), daerah pengaruh Muhammadiyah masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia antara lain: KH Ahmad Dahlan 1912-1922, KH Ibrahim 1923-1934, KH Hisyam 1935 - 1936, KH Mas Mansur 1937 - 1941, Ki Bagus Hadikusuma 1942 - 1953, Buya AR Sutan Mansur 1956, H.M. Yunus Anis 1959, KH. Ahmad Badawi 1962 - 1965, KH. Faqih Usman 1968, KH. AR Fachruddin 1971 - 1985, KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990, Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995, Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 - 2005, Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 - 2010.
BAB III
KESIMPULAN

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia dari masa ke masa selalu mengalami kemajuan dan kerkembangan. Situasi dinamis ini bermula dari sejarah masuknya Islam yang dibawa oleh para Syarif Alawiyin dari hadramaut. Pertumbuhan pendidikan Islam berkembang seara terus-menerus hingga masa kerajaan Islam yang masuk melalui Sumatera. Pada zaman penjajahan Belanda maupun Jepang pendidikan Islam mengalami kemajuan yang lambat. Hal ini disebabkan oleh intervensi penuh dari pihak penjajah. Namun pendidikan Islam kembali menemukan jiwanya pada masa kemerdekaan hingga saat ini terbukti oleh betapa berpengaruhnya organisasi Islam serta lembaga-lembaga Islam lainnya, serta peranan pesantren. Hal ini juga didukung oleh sekolah-sekolah Islam hingga Universitas Islam saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: CV. Rajawali. 1983
Najamuddin. Perjalanan Pendidikan di Tanah Air. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Al-Aydrus, Muhammad Hasan. Penyebaran Islam di Asia Tenggara. Asyraf Hadhramaut dan Peranannya. Jakarta: Lentera. 1997.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001
Ibrahim, M. Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: CV. Tumaritis. 1991
Mustofa.A, aly, Abdullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Untuk Fakultas Tarbiyah. Bandung: CV. Pustaka Setia. 1999.
Rukiati, K. Enung. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. 2006.
http://dahlanforum.wordpress.com.Agama Islam di Indonesia. Tanggal 16 Oktober 2009 pukul 14.00
www.nanpunya.wordpress.com.penyebaran islam di Indonesia. Tanggal 16 Oktober 2009 pukul 14.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama. Tanggal 16 Oktober 2009 pukul 14.00
http://www.muhammadiyah.or.id. Tanggal 16 Oktober 2009 pukul 14.00

Sabtu, Oktober 10, 2009

FOTOGRAFI





Kata Fotografi diambil dari Yunani yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya, dan Grafos yang bararti gambar. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Pada umumnya semua hasil karya fotografi dikerjakan dengan kamera, dan kebanyakan kamera memiliki cara kerja yang sama dengan cara kerja mata manusia. Seperti halnya mata, kamera memiliki lensa, dan mengambil pantulan cahaya terhadap suatu objek dan menjadi sebuah image. Tetapi, sebuah kamera dapat merekam sebuah image kedalam sebuah film dan hasilny tidak hanya bisa dibuat permanen tetapi dapat pula diperbanyak, dan diperlihatkan kepada orang lain. Sedangkan mata, hanya dapat merekam image kedalam memori otak dan tidak bisa dilihat secara langsung kepada orang lain.
Untuk menghasilkan ukuran cahaya yang tepat untuk menghasilkan bayangan, digunakan bantuan alat ukur lightmeter. Setelah mendapat ukuran cahaya yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur cahaya tersebut dengan mengatur ASA (ISO Speed), diafragma (aperture), dan penggunaan filter. (berbagai sumber)

Jumat, Oktober 09, 2009

इन्फोर्मासी Komputer

Pengertian Komputer

Kata komputer berasal dari bahasa Latin yaitu Computare yang artinya menghitung. Dalam bahasa Inggris disebut to compute. Secara definisi komputer diterjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat menerima data (input), mengolah data (proses) dan memberikan informasi (output) serta terkoordinasi dibawah kontrol program yang tersimpan di memorinya. Jadi cara kerja komputer dapat kita gambarkan sebagai berikut

1. Input Device, adalah perangkat-perangkat keras komputer yang berfungsi untuk memasukkan data ke dalam memori komputer, seperti keyboard, mouse, joystick dan lain-lain.

2. Prosesor, adalah perangkat utama komputer yang mengelola seluruh aktifitas komputer itu sendiri. Prosesor terdiri dari dua bagian utama, yaitu ;

* Control Unit (CU), merupakan komponen utama prosesor yang mengontrol semua perangkat yang terpasang pada komputer, mulai dari input device sampai output device.
* Arithmetic Logic Unit (ALU), merupakan bagian dari prosesor yang khusus mengolah data aritmatika (menambah, mengurang dll) serta data logika (perbandingan).

3. Memori adalah media penyimpan data pada komputer.

Memori terbagi atas dua macam, yaitu ;

* Read Only Memory (ROM), yaitu memori yang hanya bisa dibaca saja, tidak dapat dirubah dan dihapus dan sudah diisi oleh pabrik pembuat komputer. Isi ROM diperlukan pada saat komputer dihidupkan. Perintah yang ada pada ROM sebagian akan dipindahkan ke RAM. Perintah yang ada di ROM antara lain adalah perintah untuk membaca sistem operasi dari disk, perintah untuk mencek semua peralatan yang ada di unit sistem dan perintah untuk menampilkan pesan di layar. Isi ROM tidak akan hilang meskipun tidak ada aliran listrik. Tapi pada saat sekarang ini ROM telah mengalami perkembangan dan banyak macamnya, diantaranya :

· PROM (Programable ROM), yaitu ROM yang bisa kita program kembali dengan catatan hanya boleh satu kali perubahan setelah itu tidak dapat lagi diprogram.

· RPROM (Re-Programable ROM), merupakan perkembangan dari versi PROM dimana kita dapat melakukan perubahan berulangkali sesuai dengan yang diinginkan.

· EPROM (Erasable Program ROM), merupakan ROM yangdapat kita hapus dan program kembali, tapi cara penghapusannya dengan menggunakan sinar ultraviolet.

· EEPROM (Electrically Erasable Program ROM), perkembangan mutakhir dari ROM dimana kita dapat mengubahdan menghapus program ROM dengan menggunakan teknikelektrik. EEPROM ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan saat ini.

* Random Access Memori (RAM), dari namanya kita dapat artikan bahwa RAM adalah memori yang dapat diakses secara random. RAM berfungsi untuk menyimpan program yang kita olah untuk sementara waktu (power on) jika komputer kita matikan, maka seluruh data yang tersimpan dalam RAM akan hilang. Tujuan dari RAM ini adalah mempercepat pemroses data pada komputer. Agar data yang kita buat tidak dapat hilang pada saat komputer dimatikan, maka diperlukan media penyimpanan eksternal, seperti Disket, Harddisk, flash disk, PCMCIA card dan lain-lain.

4. Output Device, adalah perangkat komputer yang berguna untuk menghasilkan keluaran, apakah itu ke kertas (hardcopy), ke layar monitor (softcopy) atau keluaran berupa suara. Contohnya printer, speaker, plotter, monitor dan banyak yang lainnya. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa prinsip kerja komputer tersebut diawali memasukkan data dari perangkat input, lalu data tersebut diolah sedemikian rupa oleh CPU sesuai yang kita inginkan dan data yang telah diolah tadi disimpan dalam memori komputer atau disk. Data yang disimpan dapat kita lihat hasilnya melalui perangkat keluaran.

Komponen-Komponen Komputer

Komputer terdiri dari tiga komponen utama yang tidak dapat dipisahkan, yaitu ;

1. Hardware (perangkat keras), Merupakan peralatan fisik dari komputer yang dapat kita lihat dan rasakan. Hardware ini terdiri dari ;

* Input/Output Device (I/O Device) Terdiri dari perangkat masukan dan keluaran, seperti keyboard dan printer.
* Storage Device (perangkat penyimpanan) Merupakan media untuk menyimpan data seperti disket, harddisk, CD-I, flash disk dll.
* Monitor /Screen Monitor merupakan sarana untuk menampilkan apa yang kita ketikkan pada papan keyboard setelah diolah oleh prosesor. Monitor disebut juga dengan Visual Display Unit (VDU).
* Casing Unit adalah tempat dari semua peralatan komputer, baik itu motherboard, card, peripheral lain dan Central Procesing Unit (CPU).Casing unit ini disebut juga dengan System Unit.
* Central Procesing Unit (CPU) adalah salah satu bagian komputer yang paling penting, karena jenis prosesor menentukan pula jenis komputer. Baik tidaknya suatu komputer, jenis komputer, harga komputer, ditentukan terutama oleh jenis prosesornya.Semakin canggih prosesor komputer, maka kemampuannya akan semakin baik dan biasanya harganya akan semakin mahal.

2. Software (perangkat lunak), merupakan program-program komputer yang berguna untuk menjalankan suatu pekerjaan sesuai dengan yang dikehendaki. Program tersebut ditulis dengan bahasa khusus yang dimengerti oleh komputer. Software terdiri dari beberapa jenis, yaitu ;

* Sistem Operasi, seperti DOS, Unix, Linux, Novell, OS/2, Windows, Adalah software yang berfungsi untuk mengaktifkan seluruh perangkat yang terpasang pada komputer sehingga masing-masingnya dapat saling berkomunikasi. Tanpa ada sistem operasi maka komputer tak dapat difungsikan sama sekali.
* Program Utility, seperti Norton Utility, Scandisk, PC Tools, dll.Program utility berfungsi untuk membantu atau mengisikekurangan/kelemahan dari system operasi, misalnya PC Tools dapat melakukan perintah format sebagaimana DOS, tapi PC Tools mampu memberikan keterang dan animasi yang bagus dalam proses pemformatan. File yang telah dihapus oleh DOS tidak dapat dikembalikan lagi tapi dengan program bantu hal ini dapat dilakukan.
* Program Aplikasi, seperti GL, MYOB, Payroll dll. Merupakan program yang khusus melakukan suatu pekerjaan tertentu, seperti program gaji pada suatu perusahaan. Maka program ini hanya digunakan oleh bagian keuangan saja tidak dapat digunakan oleh departemen yang lain. Biasanya program aplikasi ini dibuat oleh seorang programmer komputer sesuai dengan permintaan / kebutuhan seseorang / lembaga/ perusahaan guna keperluan interennya.
* Program Paket, seperti Microsofr office, Adobe fotoshop, macromedia studio, open office dll Adalah program yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dengan berbagai kepentingan. Seperti MS-office, dapat digunakan oleh departemen keuangan untuk membuat nota, atau bagian administrasi untuk membuat surat penawaran dan lain sebagainya.
* Bahasa Pemrograman, PHP, ASP, dBase, Visual Basic, dll.Merupakan software yang khusus digunakan untuk membuat program komputer, apakah itu sistem operasi, program paket dll. Bahasa

pemrograman ini biasanya dibagi atas 3 tingkatan, yaitu ;

o Low Level Language, bahasa pemrograman generasi pertama,bahasa pemrograman jenis ini sangat sulit dimengerti karena instruksinya menggunakan bahasa mesin. Biasanya yang mengerti hanyalah pembuatnya saja.

o Midle Level Language, merupakan bahasa pemrograman tingkat menengah dimana penggunaan instruksi sudah mendekati bahasa sehari-hari, walaupun begitu masih sulit untuk di mengerti karena banyak menggunakan singkatansingakatan seperti STO artinya simpan (singkatan dari STORE) dan MOV artinya pindah (singkatan dari MOVE).Yang tergolong kedalam bahasa ini adalah Assembler, ForTran (Formula Translator).

o High Level Language, merupakan bahasa tingkat tinggi yang mempunyai cirri mudah dimengerti, karena menggunakan bahasa sehari-hari, seperti BASIC, dBase, Visual Basic, VB.Net dll.

3. Brainware (User),

User adalah personel-personel yang terlibat langsung dalam pemakaian komputer,seperti Sistem analis, programmer, operator, user, dll. Pada organisasi yang cukup besar, masalah komputerisasi biasanya ditangani oleh bagian khusus yang dikenal dengan bagian EDP (Electronic Data Processing), atau sering disebut dengan EDP Departemen, yang dikepalai oleh seorang Manager EDP.